-->

Selasa, 22 November 2011

MAKALAH IBD 3

MAKALAH IBD 3


KONTRIBUSI PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM MELESTARIKAN KEBUDAYAAN
MATA KULIAH               : ILMU BUDAYA DASAR
DOSEN                                 : Muhammad Burhan Amin


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfyr61VbPQEE1WHz8XO2y-a0IMRsz57rJoEEzfA9iQKErg5iR2oqH_rZUvPpucoAWn61dioqoa-VcIESi2uaJu30GGQz0G7bscCIJ6HvWDvsgGCSgSI0_RhRnCYC14ICcyEqAZKXizzMX0/s320/Untitled.png


DISUSUN OLEH       :
NAMA                        : Lailatul Hudairiah
NPM                           : 34411058
KELAS                       : 1 ID 06


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2011/2012

Topik Makalah

Kontribusi Pemerintah dan Masyarakat
Dalam Melestarikan Kebudayaan


Kelas  :  1-ID06

Tanggal Penyerahan Makalah : 23 November 2011
Tanggal Upload Makalah  :  24 November 2011




P E R N Y A T A A N

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam penyusunan makalah ini saya buat sendiri tanpa meniru atau mengutip dari tim / pihak lain.

Apabila terbukti tidak benar, saya siap menerima konsekuensi untuk mendapat nilai 1/100 untuk mata kuliah ini.



P E N Y U S U N
N P M
Nama Lengkap
Tanda Tangan
34411058
Lailatul Hudairiah




KATA PENGANTAR


Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, penulisan makalah Ilmu Budaya Dasar mengenai Kontribusi Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Melestarikan Kebudayaan ini dapat diselesaikan pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan maksud untuk membagi wawasan sekaligus mendorong kesadaran pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan kebudayaan.

Telah selesainnya penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1.     Bapak Muhammad Burhan Amin selaku dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
2.     Kedua orang tua tercinta serta adik dan kakak, yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan semangat, serta doa, sehingga saya mampu menyelesaikan penulisan makalah ini.
3.     Rekan-rekan yang berada di lingkungan 1 ID06 yang membantu secara moril dan materil.
4.     Seluruh pihak yang telah sangat membantu yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini mungkin masih jauh dari sempurna, untuk itu saya mohon maaf atas segala kesalahan serta kekurangan. Saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan kita bersama.
Akhir kata saya berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.


                                                                                    Bekasi, Nopember  2011
Lailatul Hudairiah







DAFTAR ISI


Pernyataan…………………………………………………….………………………...........i
Kata Pengantar……………………….………………………………………………………..ii
Daftar Isi………………………...…………..……………......................................................iii

Bab 1
Pendahuluan……………….....……………………………………………………………..1
1.Latar Belakang……………..……............…………………………………………………..1
2.Tujuan…………………...........……………………………………………………………...4
3.Sasaran…………………………………………….............…………………………………4

Bab 2 Permasalahan………...……………………...............…………………………………………5
1.Kekuatan………...............................………………………………………………………..5
2.Kelemahan………..........................………………………………………………………….5
3.Peluang..……………………………………………………………………………………..6
4.Tantangan/Hambatan…………..…………………………………………………………….6

Bab 3 Kesimpulan dan Rekomendasi……………………………...…………………….…………………………......7
1.Kesimpulan……………………..……............……………...………………………………7
2.Rekomendasi………………………....……….…………………………………………..7
3.Referensi……………………………………………………………………………………..8






BAB I
 PENDAHULUAN


I.1     LATAR BELAKANG

Ketika membahas tentang Kebudayaan Indonesia, tentunya tidak ada batasan setiap orang untuk mengagumi dan mencintai seluruh budaya Indonesia yang kian beragam. Namun kenyataan yang banyak dijumpai adalah kian terasingnya kebudayaan asli di negeri sendiri.
Bukan rahasia umum lagi bahwa masuknya globalisasi sangat cepat mendominasi pola hidup masyarakat tanah air. Lalu dimana arti perjuangan para pahlawan memperebutkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan jasmani dan rohani dari sekutu bertahun-tahun lamanya dengan berani mati demi tanah air bagi anak cucunya jika pada akhirnya bangsa Indonesia kini membiarkan dengan mudahnya akal, tingkah laku hingga pola hidupnya dijajah secara halus oleh arus globalisasi?
Dengan demikian sangat penting untuk menanamkan kesadaran pada diri masing-masing akan pentingnya melestarikan kebudayaan Indonesia terutama para pemeritah yang pada hakikatnya adalah berkewajiban untuk memerintah dan mengatur seluruh rakyatnya untuk tetap bangga dengan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang kaya akan keragaman budaya. Namun tidaklah semata-mata hanya pemerintah saja yang bertanggung jawab penuh atas kelestarian kebudayaan Indonesia, masyarakat Indonesia secara keseluruhanpun wajib untuk tetap melestarikan kebudayaan Indonesia sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Sebagai contoh kontribusi pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan kebudayaan adalah sebagai berikut :
Upaya pemerintah daerah dalam melestarikan budaya upacara adat "kebo-keboan" sebagai aset pariwisata di Desa Alasmalang Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi.
Upaya pemerintah daerah dalam melestarikan budaya upacara adat "kebo-keboan" sebagai
aset pariwisata di Desa Alasmalang Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi. Upacara

adat Kebo-keboan merupakan salah satu upacara adat yang dimiliki masyarakat Banyuwangi. Upacara adat Kebo-keboan bertujuan diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala mara bahaya dan wabah penyakit yang melanda pada masyarakat. Pada upacara adat Kebo-keboan diharapkan hasil panen yang akan datang dapat meningkat atau lebih baik dari panen sebelumnya. Upacara adat Kebo-keboan ini masih dilestarikan dan mempunyai pengaruh dan kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Desa Alasmalang.
Upacara adat Kebo-keboan lahir pada abad ke 18 oleh Buyut Karti dan pernah hilang dalam pandangan masyarakat Banyuwangi karena adanya isu-isu politik dan muncul lagi sekitar tahun 1965 an. Dalam pelaksanaannya upacara adat Kebo-keboan terdapat tambahan kesenian Banyuwangi yang lainnya. Kesenian tersebut antara lain: Wayang Kulit, kuntulan, angklung, dan tari jejer gandrung. Unsur-unsur upacara dalam upacara adat Kebo-keboan adalah: Berdoa, Bersaji, Makan bersama makanan yang sudah disucikan dengan doa, pawai ider bumi. Pelaksanaan upacara adat Kebo-keboan terbagi dalam tiga tahap yaitu tahap pra acara atau persiapan, acara inti, dan tahap akhir atau penutup. Pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi juga berperan dalam memberikan kemudahan perijinan pementasan, memberikan pembinaan diantaranya melalui sarasehan, festival, pelatihan, serta memberikan dana bagi pengembangan dan pelestarian upacara adat kebo-keboan Banyuwangi.
 
            Upacara adat Kebo-keboan rutin dilaksanakan satiap satu tahun sekali setiap tanggal 10 suro. Selain melibatkan masyarakat setempat misalnya sebagai panitia, upacara ini juga didukung oleh pemerintah Daerah Banyuwangi serta para sponsor. Upacara adat Kebo-keboan membutuhkan anggaran dana besar sehingga memerlukan sumbangan dari berbagai pihak.dana tersebut diperoleh dari sumbangan sukarela masyarakat Alasmalang, dari Pemerintah Daerah Banyuwangi, dari para sponsor, karcis masuk dari penonton untuk melihat upacara ini serta dari sektor parkir. 
          Upacara adat Kebo-keboan mempunyai dampak yang luar biasa bagi perkembangan dan pembangunan Dusun Krajan Desa Alasmalang, contohnya yaitu pembangunan gapura masuk, sumbangan pembangunan masjid, sumbangan anak yatim dan perbaikan jalan. Upacara adat Kebo-keboan pada saat ini mengalami pergeseran baik keberadaanya maupun makna religinya upacara adat kebo-keboan semakin berkurang. Untuk diperlukan kesadaran masyarakat setempat dan Pemerintah Daerah Banyuwangi agar keberadaan upacara adat Kebo-keboan tetap terjaga dan terus berkembang.

Adapun yang dilakukan oleh salah satu masyarakat sebagai contoh melestarikan kebudayaan adalah membuat Game. Game memang menjadi pro kontra dalam kehidupan kita, ada yang menilai bahwa game itu kurang baik dan ada juga yang menganggap bahwa game baik untuk dijadikan sarana refreshing guna menghilangkan berbagai penat yang telah kita lalui dalam kesibukan kita.
Kalangan orang yang menilai kurang baiknya bermain game adalah karena alasan bahwa game membuat orang menjadi malas, terutama malas untuk belajar bagi siswa. Jadi bagaimana kalau game yang memiliki edukasi buat siswa?
Ya, ada baiknya jika game dipadukan dengan edukasi, misalnya adalah game Arjuna Sang Pemanah. Ini pertama kali saya melihat game yang dipadukan dengan edukasi, terutama dalam bidang kebudayaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa Arjuna merupakan salah satu tokoh pahlawan yang ada dalam cerita wayang jawa.
Dalam game ini, kita memainkan Arjuna dengan senjata khasnya, yaitu berupa panah. Ceritanya ini adalah ada sayembara untuk memperebutkan seorang puteri. Kemudian Arjuna ingin ikut sayembara tersebut, sayangnya dia harus melewati hutan yang berbahaya untuk bisa sampai ke lokasi sayembara tersebut. Di hutan ini ada banyak sekali rintangan, ada monster dan mahluk lainnya yang menyerang dan menghambat perjalanan Arjuna. Di sini kita bisa menggerakkan Arjuna dan mengalahkan para mahluk tersebut dengan panahnya.
           
I.2        TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
I.2.a    Meninjau upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam melestarikan         kebudayaan
I.2.b     Mengasah kemampuan penulisan ilmiah
I.2.c     Mengajak masyarakat Indonesia selalu berperan aktif dalam melestarikan kebudayaan Indonesia
I.2.d     Munumbuhkan rasa cinta terhadap budaya Indonesia
I.2.e     Meluruskan pandangan masyarakat akan pentingnya menjaga persatuan Indonesia di tengah keanekaragaman suku dan budaya.
I.2.f     Mendorong keberanian setiap masyarakat untuk berani mencintai jati diri sebagai bangsa Indonesia yang kaya akan kebudayaan


I.3        SASARAN             

            Penulisan makalah ini ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat yang mayoritas aktif mengakses internet karena makalah ini saya unggah ke website blog saya http://lailatulhudairiah.blogspot.com agar tidak ada alasan keterbatasan waktu dan tempat untuk mempelajari hal-hal penting mengenai budaya Indonesia dan mampu ikut serta melestarikan kebudayaan Indonesia










BAB II
PERMASALAHAN

Menyadari pentingnya mempertahankan, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan di era globalisasi ini dirasa perlu untuk menkankan kepada setiap kalangan masyarakat untuk ikut serta berkontribusi dalam melestarikannya. Namun disini penulis uraikan permasalahan dalam beberapa aspek melingkupi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan sebagai berikut :
1.     Kekuatan (Strength)
a.      Nenek moyang dan para leluhur dengan berbagai jasanya telah mewariskan kepada generasi bangsa saat ini kebudayaan yang indah dan kuat yang menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa kalangan
b.     Dukungan Pemerintahan yang baik khususnya di bidang kebudayaan mempermudah pelestarian kebudayaan di banyak kesempatan.
c.      Nilai kebudayaan di daerah-daerah yang dijaga kuat oleh para orang tua dan dikembangkan pada diri anak cucu mereka merupakan kunci utama kelestarian kebudayaan Indonesia.
d.     Generasi muda penuh dengan kreatifitas mulai berani tampil dengan membawa kebudayaan Indonesia ke kalangan masyarakat luas dan mencoba masuk ke lingkungan global.
                   
2.     Kelemahan (Weakness)
a.      Banyak para tetua yang telah wafat sebelum mewariskan seluruh kebudayaan yang mereka miliki/ketahui sehingga ada beberapa ritualisasi yang kurang sempurna
b.     Korupsi yang dilakukan kebanyakan pejabat menghalangi kelangsungan kebudayaan Indonesia karena yang seharusnya dengan uang-uang tersebut dapat dilakukan pengembangan kebudayaan kepada generasi muda tetapi dengan ketamakannya mereka mengabaikan pentingnya melestarikan kebudayaan
c.       Kurangnya pengenalan kebudayaan daerah ke kalangan global khususnya masyarakat perkotaan membuat kesenjangan yang terasa antara masyarakat pedesaan dan perkotaan kian menguat, orang kota lebih cenderung untuk mengikuti arus globalisasi.
d.     Beperapa masyarakat pedalaman yang masih menganut kebudayaan spiritual yang kental kebanyakan tertutup pada kedatangan orang dari luar daerah/suku mereka sehingga membatasi pertukaran ilmu/kebudayaan antar daerah.

3.     Peluang (Opportunity)
a.      Pertunjukan kesenian yang melibatkan masyarakat luas dapat di kembangkan atau sering diadakan untuk terus melestarikan kebudayaan
b.     Kunjungan pemerintah ke masyarakat pedesaan dapat membangkitkan percaya diri.
c.      Pemasaran kebudayaan daerah ke perkotaan hingga manca Negara mudah diterima.
d.     Kesadaran masyarakat akan indahnya kebudayaan Indonesia merupakan tiang kuat bagi kelestarian kebudayaan Indonesia seutuhnya.

4.     Tantangan/Hambatan (Threats)
a.    Memperkenalkan kebudayaan daerah ke Negara asing sering kali menimbulkan masalah baru seperti pencurian, pembajakan dll.
b.   Biaya yang tidak sedikit untuk mengadakan acara-acara kebudayaan sering juga menjadi pertimbangan masyarakat untuk akhirnya lebih memilih mencari jalan cepat dan hemat dengan menggunakan kebudayaan lain.
 c. Waktu yang panjang dalam beberapa acara adat menjadi keluhan para generasi-
      generasi saat ini.
d. Paradigma masyarakat terutama kaum religius yang bertempat tinggal di daerah yang masih     menganut kental ritual kebudayaan yang dianggap mistis/musyrik mulai meninggalkan tradisinya.








BAB III 
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan
a. Peran utama dalam pelestarian kebudayaan bukanlah hanya milik seseorang atau segolongan saja, melainkan semua lapisan masyarakan juga memegang peranan penting tersebut.
b. Menjadi bangsa yang bangga dan percaya diri dengan segala kekayaan kebudayaan Indonesia yang kita miliki sangat perlu ditanamkan pada seluruh masyarakat.
c. Pemerintah dan masyarakat sangat berkaitan erat dalam pelestarian kebudayaan Indonesia di setiap kesempatan.
d. Sikap  berani membela keutuhan kebudayaan Indonesia sangat penting agar budaya kita nan indah tidak lagi dicuri oleh Negara lain.

2. Rekomendasi
a.       Agar tidak ada lagi korupsi yang dilakukan kebanyakan pejabat yang dapat menghalangi kelangsungan kebudayaan Indonesia karena yang seharusnya dengan uang-uang tersebut dapat dilakukan pengembangan kebudayaan kepada generasi muda tetapi dengan ketamakannya mereka mengabaikan pentingnya melestarikan kebudayaan, perlu diberikan sanksi-sanksi tetap pada hal tersebut
b.       Perlu diadakan pertemuan antar kepala suku/daerah agar Beperapa masyarakat pedalaman yang masih menganut kebudayaan spiritual yang kental dan kebanyakan tertutup pada kedatangan orang dari luar daerah/suku mereka bahkan membatasi pertukaran ilmu/kebudayaan antar daerah bisa dicairkan
c.    Dipersiapkan seluruh masyarakat apabila terjadi perkenalan kebudayaan daerah ke Negara asing yang sering kali menimbulkan masalah baru seperti pencurian, pembajakan dll. Agar tidak kehilangan kebudayaan asli Indonesia
d.     Pengadaan gotong-royong antara masyarakat terutama kaum religius yang bertempat tinggal di daerah yang masih     menganut kental ritual kebudayaan yang dianggap mistis/musyrik mulai meninggalkan tradisinya dengan masyarakan yang masih menganut ritual-ritual tersebut.

Referensi






Senin, 24 Oktober 2011

MAKALAH IBD 2

PERAN KEBUDAYAAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, penulisan makalah Ilmu Budaya Dasar mengenai Peran Kebudayaan dalam Membentuk Kepribadian ini dapat diselesaikan pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan maksud untuk membagi wawasan sekaligus mengingatkan kembali masyarakat akan pentingnya kebudayaan warisan para leluhur sebelumnya namun tetap harus menjaga persatuan Republik Indonesia.

Telah selesainnya penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1.        Ibu Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T., sebagai Kepala Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma.
2.      Bapak Muhammad Burhan Amin selaku dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
3.      Kedua orang tua tercinta serta adik dan kakak, yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan semangat, serta doa, sehingga saya mampu menyelesaikan penulisan makalah ini.
4.      Rekan-rekan yang berada di lingkungan 1 ID06 yang membantu secara moril dan materil.
5.      Seluruh pihak yang telah sangat membantu yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini mungkin masih jauh dari sempurna, untuk itu saya mohon maaf atas segala kesalahan serta kekurangan. Saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan kita bersama.
Akhir kata saya berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
                                                                                    Bekasi, November  2011
Lailatul Hudairiah

BAB I
PENDAHULUAN

I.A       Latar Belakang
            Indonesia, suatu bentuk Negara Republik dengan keanekaragaman budaya dan bahasa yang berkiblat kepada pedoman Bhineka Tunggal Ika yang berarti walaupun berbeda namun tetap satu jua. Namun didalam prakteknya yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari masih Nampak banyak sekali batasan-batasan yang seperti penghalang antara individu ataupun kelompok yang satu dengan yang lainnya. Hal ini tentu bisa menjadi boomerang bagi keutuhan Republik Indonesia.
            Sebagai contoh kecil dapat dilihat dari kebudayaan Suku Madura dan Suku Jawa yang sangat terlihat perbedaan kepribadiannya.
Orang-orang Suku Madura pada umumnya adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya tidak baik untuk bertani. Orang Madura senang berdagang dan dominan di pasar-pasar. Selain itu banyak yang menjadi nelayan, buruh, pengumpul besi tua dan barang-barang rongsokan lainnya. Orang suku Madura terkenal dengan gaya bicaranya yang blak-blakan serata sifatnya yang keras dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang Madura juga dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang mereka melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan Larung Sesaji). Harga diri juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa “Lebhi Bagus Pote Tollang, atembang Pote Mata”. Artinya, lebih baik mati daripada malu.
            Lain halnya dengan Orang-orang suku Jawa, Dalam kesehariannya mereka lebih banyak menggunakan Bahasa Jawa. Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.
Orang Jawa sebagian besar secara nominal menganut agama Islam. Tetapi yang menganut agama Protestan dan Katolik juga banyak. Mereka juga terdapat di daerah pedesaan. Penganut agama Buddha dan Hindu juga ditemukan pula di antara masyarakat Jawa. Ada pula agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. Kepercayaan ini terutama berdasarkan kepercayaan animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal akan sifat sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa sehingga kepercayaan seseorang kadangkala menjadi kabur.
Di Indonesia, orang Jawa bisa ditemukan dalam segala bidang, terutama sebagai Pegawai Negeri Sipil dan Militer. Orang Jawa tidak menonjol dalam bidang Bisnis dan Industri. Orang Jawa juga banyak yang bekerja sebagai buruh kasar dan tenaga kerja Indonesia sebagai pembantu rumah tangga dan buruh di hutan-hutan di luar negeri yang mencapai hampir 6 juta orang.
Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Pakar antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan dan priyayi. Menurutnya kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan. Tetapi dewasa ini pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang keturunan Arab, Tionghoa, dan In
Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Tetapi pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula
Orang Jawa memiliki stereotipe sebagai sukubangsa yang sopan dan halus.[1] Tetapi mereka juga terkenal sebagai sukubangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga harmoni atau keserasian dan menghindari konflik, karena itulah mereka cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan pendapat.
Namun, tidak semua orang Jawa memiliki sikap tertutup dan tidak mau berterus terang. Orang Jawa di daerah timur bantaran Sungai Brantas — khususnya Kota Surabaya, Kota dan Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Jombang, Kota dan Kabupaten Pasuruan, Kota Batu, Kota dan Kabupaten Malang — memiliki watak egaliter, lugas, terbuka, terus terang, apa adanya, dan tidak suka basa-basi.

I.B       TUJUAN
            Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
I.B.1    Mempelajari lebih dalam perbedaan kebudayaan pada tiap suku di Indonesia
I.B.2    Mengasah kemampuan penulisan ilmiah
I.B.3    Mengajak masyarakat Indonesia untuk mengenali suku budaya lebih dalam
I.B.4    Munumbuhkan rasa cinta terhadap budaya Indonesia
I.B.5    Meluruskan pandangan masyarakat akan pentingnya menjaga persatuan Indonesia di tengah keanekaragaman suku dan budaya.
                          
I.C       SASARAN
            Penulisan makalah ini ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat yang mayoritas aktif mengakses internet karena makalah ini saya unggah ke website blog saya http://lailatulhudairiah.blogspot.com agar tidak ada alasan keterbatasan waktu dan tempat untuk mempelajari hal-hal penting mengenai budaya Indonesia dan tidak lagi merasa bahwa perbedaan suku dan budaya menjadi suatu batas, penghalang atau bahkan boomerang.
           
BAB II
ANALISIS SWOT

II.A     STRENGTH
II.A.1  Kekayaan akan keanekaragamn budaya Indonesia.
II.A.2  Pondasi yang kuat apabila terjadi hal buruk yang mengancam Indonesia.
II.A.3  Antara masyarakat satu dengan yang lainnya bisa saling bertukar wawasan.
II.A.4  Masyarakat selalu membuka hati dan memberi ruang pada keanekaragaman budaya.

II.B     WEAKNESS
II.B.1  Arus globalisasi kian kuat menjamah nilai-nilai kulturisasi.
II.B.2  Kelompok/perkumpulan suku membatasi pergaulan.
II.B.3  Penganut kebudayaan suku yang terlalu kental cenderung mengabaikan persatuan Indonesia.
II.B.4  Perbedaan social budaya memicu adanya konflik antar suku.

II.C     OPPORTUNITY
II.C.1  Pernikahan antar suku menyatukan perbedaan.
II.C.2  Mengajarkan arti penting persatuan Indonesia menjadi pelajaran utama di setiap kalangan masyarakat.
II.C.3  Gotong royong sebagai ciri Negara Indonesia disetiap saat menyatukan perbedaan
II.C.4  Upacara adat yang menarik membangkitkan cinta tanah air Indonesia.

II.D     THREATS
II.D.1  Menguatnya pengaruh globalisasi pada arah kecintaan masyarakat terhadap budaya Indonesia.
II.D.2  Garis batas perbedaan kebudayaan mengancam keutuhan persatuan Indonesia.
II.D.3  Sejarah masing-masing suku cenderung meninggikan sukunya sendiri.
II.D.4  Pengelompokkan masyarakat dan penilaian miring tentang kebudayaan suku lain.


BAB III
REKOMENDASI


III.A    Kelompok/perkumpulan suku membatasi pergaulan sangat meresahkan
III.B    ditambah lagi penganut kebudayaan suku yang terlalu kental cenderung mengabaikan persatuan Indonesia.
III.C    yang perlu ditingkatkan adalah menekankan gotong royong sebagai ciri Negara Indonesia disetiap saat menyatukan perbedaan
III.D    Sehingga pengelompokkan masyarakat dan penilaian miring tentang kebudayaan suku lain dapat dinetralkan.


BAB IV
REFERENSI


IV.1     Ainun, Emha (2007). Folklore Madura. Madura: Progress.
IV.2     Santosa, Iman Budhi (2010). Nasihat Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Diva Press
IV.3     Mcenter (2007). Semua Tentang Madura-Madura Indonesia Mandiri. From http://maduracenter.wordpress.com/2007/07/14/suku-madura/, 24 Oktober 2011
IV.4     Kazenov (2010). Suku Jawa.  From http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/10/suku-jawa/, 24 Oktober 2011.