BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Eksistensi anak jalanan
menyiratkan sebuah keresahan atas fenomena ganjil pada masyarakat.Timbul
keresahan, maraknya anak jalanan berkonotasi positif terhadap ketertiban dan
keamanan masyarakat.Kita melihat bagaimana anak kecil mengamen di bus kota,
perempatan lampu merah atau terminal. Bekerja keras, demi mengumpulkan recehan
untuk menyambung hidup.
Permasalahan mendasar berakar
pada kebutuhan ekonomi. Mereka bekerja untuk mencari sesuap nasi. Mengemis,
mengamen dan memalak seakan menjadi tradisi kehidupan mereka. Ironisnya
pemerintah terkadang mengambil jalan pintas menghadapi masalah ini. Razia anak
jalanan sering dilancarkan, tapi tetap gagal mengatasi persoalan. Sebab
pendekatan represif lebih diutamakan daripada pendekatan berbasis kemanusiaan,
ekonomis atau pendidikan.
Masyarakat terlanjur mengecam kehidupan dan
aktivitas anak jalanan. Berbagai stigma negatif diberikan terhadap perilaku
mereka. Pelabelan malas, kotor, penuh kekerasan, rawan, bodoh sulit dilepaskan.
Kita cenderung antipasti dan menolak eksistensi mereka dalam kehidupan
bermasyarakat. Seakan sudah nasib anak jalanan menjadi generasi terhinakan.
Lebih menyakitkan, tuduhan sebagai sampah
masyarakat melekat erat. Bagi manusia umumnya, anak jalanan adalah penjahat,
pencopet, tukang palak. Kondisi ini berpotensi mempengaruhi efek psikologis.
Bukan tak mungkin, mereka jadi kebal atas berbagai stigma negatif. Akibatnya
perilakunya semakin menggila dan cenderung apatis terhadap sekitarnya.
Kita sering mendapati anak jalanan, tidak
hanya mengemis. Mereka menodong penumpang bus, mengamen dengan memaksa dan
berbagai kejahatan lain. Citra sebagai kaum terpinggirkan dan kemiskinan
struktural membuat mereka terpaksa melakukan itu. Sementara masyarakat mencap
jelek, tanpa ada upaya mau memahami psikologis dan kondisi yang
melatarbelakanginya.
Membaca kondisi menyedihkan marginalisasi
anak jalanan, sepantasnya kita memunculkan pertanyaan mendasar. Apa yang bisa
kita lakukan untuk mereka?. Sebab rasanya pemerintah tak lagi bisa diandalkan
menghadapi serbuan masalah anak jalanan. Kompleksitas penyakit sosial ini
seolah menemukan solusi tanpa akhir. Setiap berusaha melahirkan sebuah gagasan
dan solusi konstruktif,masalah baru selalu menghadang.
Kemampuan membaca masalah memang lahir
karena belum ada upaya serius pemerintah. Penanganan anak jalanan masih gali
lubang tutup lubang. Belum ada upaya integral membenahi komunitas anak jalan
secara kreatif dan produktif. Rendahnya pendidikan baik sang anak dan orang tua
juga belum menggambarkan upaya serius mengentaskan maraknya anak jalanan
terutama di kota besar.
Di Indonesia Fenomena merebaknya
anak jalanan merupakan permasalahan sosial yang komplek. Hidup menjadi anak
jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada
dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak
jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara.
Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan
solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang
harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia
dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah
pilihahan hidup yang diinginkan oleh siapapun. melainkan keterpaksaan
yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak jalanan
bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara
psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai
bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka
harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh
negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini
berdampak kuat pada aspek sosial. Di mana labilitas emosi dan mental mereka
yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh
sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat
onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan.
Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu
perasaan alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan
kepribadian introvet, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial.
Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk
masa mendatang.
Masalah anak jalanan seolah-olah tidak ada
hentinya terdengar di telinga kita. Derita dan penyiksaan yang mereka alami
terkadang membuat kita sedih. Mereka harus berjuang ditengah-tengah kota yang
kejam untuk mendapatkan sejumlah uang agar mereka bisa bertahan hidup dan tidak
kelaparan. Jual rokok, membersihkan bus umum, atau juga penjaja koran,
barangkali itu yang dapat mereka lakukan. Keuntungan yang mereka terima tidak
seberapa, namun itu harus mereka lakukan agar mereka tetap hidup di kota
metropolis. Anak jalanan ini biasanya mangkal di terminal atau di
persimpangan-persimpangan jalan. Keadaan ekonomi yang memaksa mereka harus
bekerja, dan pekerjaan yang bisa mereka lakukan untuk seusia mereka adalah
sektor informal. Penggusuran terhadap anak ini akan memperparah keadaan. Akan
timbul masalah sosial yang akan lebih besar. Anak-anak yang akan digusur akan
kehilangan mata pencaharian, sedangkan secara ekonomi, mereka harus mencari
lapangan usaha yang mampu memenuhi kebutuhannya. Bila lapangan usaha tersebut
hilang, maka meraka akan mencari lapangan usaha lain, dan bila ini tidak
didapatkan, mereka akan melakukan tindakan apa saja yang penting bagi mereka
bisa menghasilkan uang. Dan ini yang menimbulkan dampak sosial, sebab apa yang
mereka lakukan sudah tidak memperhatikan norma-norma hukum yang berlaku. Bila
ini sudah terjadi, tentunya aparat keamanan akan semakin disibukkan kembali.
Pencopetan, perampokan, penodongan dan tindak kriminal
lainnya akan menjadi suatu tindak pidana baru yang pelakunya adalah anak-anak
di bawah umur.
Krisis multidimensional yang melanda
Indonesia dimasa lalu, telah membawa perubahan yang sangat signifikan bagi
hidup dan kehidupan umat manusia. Akibatnya, berbagai persoalan sosial dan
ekonomi dirasakan semakin berat dan melanda hampir seluruh komponen masyarakat
dan hal ini pula yang membuat sebagian masyarakat semakin terpinggirkan dan
semakin tidak berdaya menghadapi problem yang semakin berat. Ketidakberdayaan
kelompok masyarakat terpinggirkan tersebut menimbulkan masalah bagi dirinya dan
lingkungannya, mereka menjadi beban masyarakat di sekitarnya atau dimana mereka
berada. Mereka tidak mampu mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya. Sebagian
lain mereka mencari keuntungan di kota dengan suatu harapan untuk memperbaiki
taraf hidup. Tapi kenyataannya mereka tidak menjadi lebih baik dan apa yang
mereka harapkan tidak terwujud dikarenakan mereka tidak memiliki dasar
pendidikan dan keterampilan yang memadai.
Anak jalanan merupakan salah satu produk
dari kondisi sosial tersebut diatas, disamping itu krisis ekonomi yang
berkepanjangan semakin meningkatkan jumlah anak jalanan dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Fenomena ini dapat dilihat di sekitar terminal, stasiun kereta api,
pasar dan tempat keramaian lainnya, dimana anak-anak sedang mencari nafkah
untuk kehidupannya atau membantu kehidupan keluarganya.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan
dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui begitu banyaknya anak jalanan
yang harus segera diberi bimbingan secara khusus agar anak jalanan tersebut
dapat hidup seperti layaknya anak-anak normal lainnya.
I.3 SASARAN
Penulisan
makalah ini ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat yang mayoritas aktif
mengakses internet karena makalah ini saya unggah ke website blog saya http://lailatulhudairiah.blogspot.com
agar tidak ada alasan keterbatasan waktu dan tempat untuk mempelajari hal-hal
penting mengenai perilaku sosial anak jalanan
BAB II
PERMASALAHAN
Analisis
permasalahan perilaku sosial anak jalanan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi lingkungan internal maupun eksternal
dilihat dari aspek :
1. Kekuatan (Strength)
a.
Krisis ekonomi
Krisis
ekonomi dan moneter yang berkepanjangan beberapa tahun yang lalu menyebabkan
berkurangnya lapangan pekerjaan. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) para orang tua
yang selama ini menjadi tulang punggung mata pencaharian/nafkah pun harus
anak-anak yang menggantikan
b.
Kebiasaan
Kseharian
sebagai anak jalanan membuat anak-anak jalanan terbiasa dengan segala hal yang
terjadi di jalanan dan tidak membuat mereka jera karena sudah menjadi
kebiasaan.
c.
Memiliki fisik yang tangguh
Cuaca yang terik
dan hujan bukan persoalan bagi anak jalanan karena fisik mereka sudah kebal.
d. Uang
Semakin besar
usaha yang mereka lakukan untuk mencari uang, maka semakin besar pula uang yang
mereka dapat.
2. Kelemahan (Weakness)
a. Masalah sosial
Munculnya
masalah-masalah sosial lainnya sebagai akibat dari pergaulan jalanan, seperti
narkotika, perkelahian, kriminal dan sebagainya.
b.
Drop Out anak sekolah
Semakin
meningkatkan drop out anak sekolah, sehingga dimungkinkan rendahnya kualitas sumber
daya manusia generasi yang akan datang,
c.
Terpisah dari keluarga
Tidak sedikit
dari anak-anak jalanan adalah korban dari eksploitasi
yang memaksa mereka harus terpisah dari keluarga karena ulah orang yang
tidak bertanggung jawab.
d. Tidak
dididik yang benar
Labilitas anak
yang tidak diarahkan dan dididik sejak dini akan berlanjut menjadi sikap dan
mental yang susah diarahkan.
3. Peluang (Opportunity)
a. Melatih
dan mengasah bakat yang ada pada diri mereka
Bagi
anak jalanan yang sering mengamen, dengan mengamen mereka bisa secara tidak
langsung mengasah bakat bermusik mereka.
b. Belas
kasihan
Orang-orang
dermawan yang melihat mereka di jalanan akan tergerak hatinya untuk membantu
mereka secara moril.
c. Diberikan
pengarahan agar kelak dapat menjadi pribadi yang lebih baik
Kalau
memang jalan hidup mereka memang harus menjadi anak jalanan, maka yang harus
pemerintah lakukan adalah membekali setiap anak jalanan dengan bekal ilmu agama
agar mereka bisa menjaga diri dan menjadi pribadi yang lebih baik.
d. Mengetahui
banyak hal
Ilmu
tidaklah selalu harus dicari di bangku sekolah, kenyataan hidup mereka tidak
mampu untuk bersekolah, sehingga apa yang mereka alami di jalanan bisa menjadi
pelajaran berharga bagi mereka.
4.
Tantangan/Hambatan (Threats)
a. Uang
Kalau
tidak bekerja, maka tidak bisa makan. Itulah yang ada di pikiran mereka
sehingga sekeras apapun kehidupan di jalanan mereka hadapi demi mendapatkan
uang
b. Penolakan dari masyarakat karna
perilaku si anak
Stigma
masyarakat terhadap penampilan dan perilaku anak jalan yang tidak sopan membuat
sebagian masyarakat menjauhi mereka.
c.
Masa depan tidak menjanjikan
Kalau
mereka tidak pandai-pandai mengeluarkan diri dari keterpurukan kehidupan
mereka, maka seterusnya mereka tidak akan dapat meningkatkan hidup.
d. Penguasa
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1.
Kesimpulan
a.
Pemerintah
belum sepenuhnya bisa mengatasi masalah anak jalanan di Indonesia.
b.
Anak
jalanan semakin banyak dan menjamur di tengah keramaian kota.
c.
Adanya
rasa tidak nyaman pada masyarakat yang merasa terganggu dengan adanya anak
jalanan.
d.
Pemerintah
harus segera mengatasi permasalahan ini dengan berkala agar anak jalan tidak
terus-menerus menjamur di keramaian kota.
2.
Rekomendasi
a.
Pemerintah
harus memberikan kegiatan-kegiatan yang positif kepada anak-anak jalanan.
b.
Diberikannya
fasilitas rehabilitasi, agar anak-anak jalanan dapat berpikir sebagaimana
layaknya anak normal lainnya.
c.
Diberikannya
ilmu tentang agama, agar anak-anak jalanan dapat mengetahui hokum agama yang
berlaku.
d.
Pemerintah
harus memberikan biaya yang murah pada pendidikan, agar mereka dapat
melanjutkan pendidikannya.
REFERENSI