-->

Selasa, 23 Oktober 2012

PERILAKU SOSIAL ANAK JALANAN

PERILAKU SOSIAL ANAK JALANAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Eksistensi anak jalanan menyiratkan sebuah keresahan atas fenomena ganjil pada masyarakat.Timbul keresahan, maraknya anak jalanan berkonotasi positif terhadap ketertiban dan keamanan masyarakat.Kita melihat bagaimana anak kecil mengamen di bus kota, perempatan lampu merah atau terminal. Bekerja keras, demi mengumpulkan recehan untuk menyambung hidup.
Permasalahan mendasar berakar pada kebutuhan ekonomi. Mereka bekerja untuk mencari sesuap nasi. Mengemis, mengamen dan memalak seakan menjadi tradisi kehidupan mereka. Ironisnya pemerintah terkadang mengambil jalan pintas menghadapi masalah ini. Razia anak jalanan sering dilancarkan, tapi tetap gagal mengatasi persoalan. Sebab pendekatan represif lebih diutamakan daripada pendekatan berbasis kemanusiaan, ekonomis atau pendidikan.
Masyarakat terlanjur mengecam kehidupan dan aktivitas anak jalanan. Berbagai stigma negatif diberikan terhadap perilaku mereka. Pelabelan malas, kotor, penuh kekerasan, rawan, bodoh sulit dilepaskan. Kita cenderung antipasti dan menolak eksistensi mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Seakan sudah nasib anak jalanan menjadi generasi terhinakan.
Lebih menyakitkan, tuduhan sebagai sampah masyarakat melekat erat. Bagi manusia umumnya, anak jalanan adalah penjahat, pencopet, tukang palak. Kondisi ini berpotensi mempengaruhi efek psikologis. Bukan tak mungkin, mereka jadi kebal atas berbagai stigma negatif. Akibatnya perilakunya semakin menggila dan cenderung apatis terhadap sekitarnya.
Kita sering mendapati anak jalanan, tidak hanya mengemis. Mereka menodong penumpang bus, mengamen dengan memaksa dan berbagai kejahatan lain. Citra sebagai kaum terpinggirkan dan kemiskinan struktural membuat mereka terpaksa melakukan itu. Sementara masyarakat mencap jelek, tanpa ada upaya mau memahami psikologis dan kondisi yang melatarbelakanginya.
Membaca kondisi menyedihkan marginalisasi anak jalanan, sepantasnya kita memunculkan pertanyaan mendasar. Apa yang bisa kita lakukan untuk mereka?. Sebab rasanya pemerintah tak lagi bisa diandalkan menghadapi serbuan masalah anak jalanan. Kompleksitas penyakit sosial ini seolah menemukan solusi tanpa akhir. Setiap berusaha melahirkan sebuah gagasan dan solusi konstruktif,masalah baru selalu menghadang.
Kemampuan membaca masalah memang lahir karena belum ada upaya serius pemerintah. Penanganan anak jalanan masih gali lubang tutup lubang. Belum ada upaya integral membenahi komunitas anak jalan secara kreatif dan produktif. Rendahnya pendidikan baik sang anak dan orang tua juga belum menggambarkan upaya serius mengentaskan maraknya anak jalanan terutama di kota besar.
Di Indonesia Fenomena merebaknya anak jalanan merupakan permasalahan sosial yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihahan hidup yang diinginkan oleh siapapun. melainkan  keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung  berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan. Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu perasaan alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian introvet, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa mendatang.
Masalah anak jalanan seolah-olah tidak ada hentinya terdengar di telinga kita. Derita dan penyiksaan yang mereka alami terkadang membuat kita sedih. Mereka harus berjuang ditengah-tengah kota yang kejam untuk mendapatkan sejumlah uang agar mereka bisa bertahan hidup dan tidak kelaparan. Jual rokok, membersihkan bus umum, atau juga penjaja koran, barangkali itu yang dapat mereka lakukan. Keuntungan yang mereka terima tidak seberapa, namun itu harus mereka lakukan agar mereka tetap hidup di kota metropolis. Anak jalanan ini biasanya mangkal di terminal atau di persimpangan-persimpangan jalan. Keadaan ekonomi yang memaksa mereka harus bekerja, dan pekerjaan yang bisa mereka lakukan untuk seusia mereka adalah sektor informal. Penggusuran terhadap anak ini akan memperparah keadaan. Akan timbul masalah sosial yang akan lebih besar. Anak-anak yang akan digusur akan kehilangan mata pencaharian, sedangkan secara ekonomi, mereka harus mencari lapangan usaha yang mampu memenuhi kebutuhannya. Bila lapangan usaha tersebut hilang, maka meraka akan mencari lapangan usaha lain, dan bila ini tidak didapatkan, mereka akan melakukan tindakan apa saja yang penting bagi mereka bisa menghasilkan uang. Dan ini yang menimbulkan dampak sosial, sebab apa yang mereka lakukan sudah tidak memperhatikan norma-norma hukum yang berlaku. Bila ini sudah terjadi, tentunya aparat keamanan akan semakin disibukkan kembali.
Pencopetan, perampokan, penodongan dan tindak kriminal lainnya akan menjadi suatu tindak pidana baru yang pelakunya adalah anak-anak di bawah umur.
Krisis multidimensional yang melanda Indonesia dimasa lalu, telah membawa perubahan yang sangat signifikan bagi hidup dan kehidupan umat manusia. Akibatnya, berbagai persoalan sosial dan ekonomi dirasakan semakin berat dan melanda hampir seluruh komponen masyarakat dan hal ini pula yang membuat sebagian masyarakat semakin terpinggirkan dan semakin tidak berdaya menghadapi problem yang semakin berat. Ketidakberdayaan kelompok masyarakat terpinggirkan tersebut menimbulkan masalah bagi dirinya dan lingkungannya, mereka menjadi beban masyarakat di sekitarnya atau dimana mereka berada. Mereka tidak mampu mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya. Sebagian lain mereka mencari keuntungan di kota dengan suatu harapan untuk memperbaiki taraf hidup. Tapi kenyataannya mereka tidak menjadi lebih baik dan apa yang mereka harapkan tidak terwujud dikarenakan mereka tidak memiliki dasar pendidikan dan keterampilan yang memadai.
Anak jalanan merupakan salah satu produk dari kondisi sosial tersebut diatas, disamping itu krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin meningkatkan jumlah anak jalanan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Fenomena ini dapat dilihat di sekitar terminal, stasiun kereta api, pasar dan tempat keramaian lainnya, dimana anak-anak sedang mencari nafkah untuk kehidupannya atau membantu kehidupan keluarganya.

1.2       Tujuan Penulisan
                  Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui begitu banyaknya anak jalanan yang harus segera diberi bimbingan secara khusus agar anak jalanan tersebut dapat hidup seperti layaknya anak-anak normal lainnya.

I.3        SASARAN     
            Penulisan makalah ini ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat yang mayoritas aktif mengakses internet karena makalah ini saya unggah ke website blog saya http://lailatulhudairiah.blogspot.com agar tidak ada alasan keterbatasan waktu dan tempat untuk mempelajari hal-hal penting mengenai perilaku sosial anak jalanan


BAB II
PERMASALAHAN

Analisis permasalahan perilaku sosial anak jalanan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan  kondisi lingkungan internal maupun eksternal dilihat dari aspek :

1.          Kekuatan (Strength)
a.          Krisis ekonomi
Krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan beberapa tahun yang lalu menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) para orang tua yang selama ini menjadi tulang punggung mata pencaharian/nafkah pun harus anak-anak yang menggantikan
b.          Kebiasaan
         Kseharian sebagai anak jalanan membuat anak-anak jalanan terbiasa dengan segala hal yang terjadi di jalanan dan tidak membuat mereka jera karena sudah menjadi kebiasaan.
c.          Memiliki fisik yang tangguh
         Cuaca yang terik dan hujan bukan persoalan bagi anak jalanan karena fisik mereka sudah kebal.
d.          Uang
         Semakin besar usaha yang mereka lakukan untuk mencari uang, maka semakin besar pula uang yang mereka dapat.

2.          Kelemahan (Weakness)
a.          Masalah sosial
Munculnya masalah-masalah sosial lainnya sebagai akibat dari pergaulan jalanan, seperti narkotika, perkelahian, kriminal dan sebagainya.
b.          Drop Out anak sekolah
Semakin meningkatkan drop out anak sekolah, sehingga dimungkinkan rendahnya kualitas sumber daya manusia generasi yang akan datang,
c.          Terpisah dari keluarga
         Tidak sedikit dari anak-anak jalanan adalah korban dari eksploitasi yang memaksa mereka harus terpisah dari keluarga karena ulah orang yang tidak bertanggung jawab. 
d.          Tidak dididik yang benar
         Labilitas anak yang tidak diarahkan dan dididik sejak dini akan berlanjut menjadi sikap dan mental yang susah diarahkan.

3.          Peluang (Opportunity)
a.          Melatih dan mengasah bakat yang ada pada diri mereka
         Bagi anak jalanan yang sering mengamen, dengan mengamen mereka bisa secara tidak langsung mengasah bakat bermusik mereka.
b.          Belas kasihan
         Orang-orang dermawan yang melihat mereka di jalanan akan tergerak hatinya untuk membantu mereka secara moril.
c.          Diberikan pengarahan agar kelak dapat menjadi pribadi yang lebih baik
         Kalau memang jalan hidup mereka memang harus menjadi anak jalanan, maka yang harus pemerintah lakukan adalah membekali setiap anak jalanan dengan bekal ilmu agama agar mereka bisa menjaga diri dan menjadi pribadi yang lebih baik.
d.          Mengetahui banyak hal
         Ilmu tidaklah selalu harus dicari di bangku sekolah, kenyataan hidup mereka tidak mampu untuk bersekolah, sehingga apa yang mereka alami di jalanan bisa menjadi pelajaran berharga bagi mereka.

4.          Tantangan/Hambatan (Threats)
a.          Uang
         Kalau tidak bekerja, maka tidak bisa makan. Itulah yang ada di pikiran mereka sehingga sekeras apapun kehidupan di jalanan mereka hadapi demi mendapatkan uang
b.          Penolakan dari masyarakat karna perilaku si anak
         Stigma masyarakat terhadap penampilan dan perilaku anak jalan yang tidak sopan membuat sebagian masyarakat menjauhi mereka.
c.      Masa depan tidak menjanjikan
         Kalau mereka tidak pandai-pandai mengeluarkan diri dari keterpurukan kehidupan mereka, maka seterusnya mereka tidak akan dapat meningkatkan hidup. 
d.      Penguasa
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1.          Kesimpulan
a.           Pemerintah belum sepenuhnya bisa mengatasi masalah anak jalanan di Indonesia.
b.          Anak jalanan semakin banyak dan menjamur di tengah keramaian kota.
c.           Adanya rasa tidak nyaman pada masyarakat yang merasa terganggu dengan adanya anak jalanan.
d.          Pemerintah harus segera mengatasi permasalahan ini dengan berkala agar anak jalan tidak terus-menerus menjamur di keramaian kota.

2.               Rekomendasi
a.                Pemerintah harus memberikan kegiatan-kegiatan yang positif kepada anak-anak jalanan.
b.               Diberikannya fasilitas rehabilitasi, agar anak-anak jalanan dapat berpikir sebagaimana layaknya anak normal lainnya.
c.                Diberikannya ilmu tentang agama, agar anak-anak jalanan dapat mengetahui hokum agama yang berlaku.
d.               Pemerintah harus memberikan biaya yang murah pada pendidikan, agar mereka dapat melanjutkan pendidikannya.

REFERENSI

           




Selasa, 16 Oktober 2012

DAMPAK SIOSIAL TAWURAN ANTARA KELOMPOK PELAJAR di JAKARTA


 DAMPAK SIOSIAL TAWURAN ANTARA KELOMPOK PELAJAR di JAKARTA
BAB I
 PENDAHULUAN


1.1       LATAR BELAKANG
Remaja adalah cermin dari suatu bangsa. Pelajar yang mayoritas adalah remaja memiliki
Kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan. Kewajiban pelajar tidak lain adalah menuntut ilmu dan berbakti kepada kedua orang tua. Sebagai warga negara yang baik, pelajar juga wajib mematuhi peraturan Undang-undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Larangan-larangan juga harus dijauhi demi kebaikan masing-masing pelajar.
Undang-undang mengatur setiap warga negara untuk menjaga persatuan dan kesatuan bernegara. Undang-undang juga menegaskan wajib belajar  9 tahun, namun bukan berarti belajar hanya perlu sampai 9 tahun saja, melainkan 9 tahun yang dimaksud adalah batas minimal. Belajar pada hakikatnya dapat dilakukan dimana saja, namun untuk kepentingan bersama maka kegiatan belajar dilaksanakan di sekolah ada jam yang telah ditentukan.
Pergaulan di dalam dan di luar sekolah sangat luas, sehingga pelajar dapat mengenal berbagai sifat dan karakter pelajar lain di dalam sekolah. Memilih teman yang baik adalah kunci utama langkah pelajar di dalam sekolah. Salah memilih teman bisa berakibat fatal, seperti terpengaruh untuk ikut berbuat yang melanggar norma dan Undang-undang. Pelanggaran yang paling sering dilakukan adalah bolos sekolah, merokok, bahkan sampai tawuran.
Tawuran yang baru-baru ini diberitakan sampai menelan korban jiwa, alangkah sia-sianya masa muda yang seharusnya menjadi masa-masa berharga untuk hari tua nanti. Penyebab dari tawuran pun sangat beragam, tidak sedikit dari mereka yang ikut tawuran adalah anak-anak yang mengalami tekanan mental dan masih labil sehingga tidak berfikir panjang sebelum melakukan sesuatu.
  Melihat banyaknya kejadian tawuran antara kelompok pelajar di Jakarta ini pemerintah dan pihak sekolah wajib ikut andil dalam mencegah hal tersebut kembali terulang. Tawuran bisa menyebabkan trauma dan membuat pelaku menjadi terbiasa berbuat anarkis sehingga dikemudian hari akan bertambah lagi pelaku kejahatan di Negeri ini.
  Banyak pelajar yang pernah mengikuti tawuran, banyak juga yang tidak pernah mengikuti tawuran. Keduanya perlu diberi bimbingan rohani agar tidak ada lagi peristiwa tawuran antara kelompok pelajar di Jakarta yang memprihatinkan. Lingkungan sekitar pun perlu  berperan aktif dalam mencegah kejadian tersebut. Cara-cara yang sederhana seperti merangkul dan mendengarkan keluhan-keluhan mereka bisa menjadi penyejuk bagi jiwa pelajar yang tergolong sangat labil .
1.2         TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.         Mengembalikan rasa persatuan antar warga bernegara yang melemah
b.         Mengasah kemampuan penulisan ilmiah
c.         Mengajak masyarakat Indonesia selalu berperan aktif dalam menjaga persatuan dan
kesatuan.
d.         Mengajak masyarakat untuk berperan aktif mencegah tindak kejahatan
e.         Memperjelas bahwa setiap anak memiliki hak dan kewajiban yang perlu untuk selalu
diarahkan

I.3        SASARAN    

            Penulisan makalah ini ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat yang mayoritas aktif mengakses internet karena makalah ini saya unggah ke website blog saya http://lailatulhudairiah.blogspot.com/ agar tidak ada alasan keterbatasan waktu dan tempat untuk mempelajari hal-hal penting mengenai dampak sosial tawuran antara kelompok pelajar di Jakarta.


BAB II
PERMASALAHAN

Analisis permasalahan dampak sosial tawuran antara kelompok pelajar di Jakarta dengan memperhatikan dan mempertimbangkan  kondisi lingkungan internal maupun eksternal dilihat dari aspek :
2.1       Kekuatan (Strength)
a.       Pelampiasan
Suasana keluarga di rumah yang kurang harmonis menyebabkan anak merasa tertekan mental. Sifat alami seorang anak adalah ingin diperhatikan, ketika dia tidak mendapatkannya maka ada amarah dalam dirinya yang membuatnya ingin melampiaskannya entah pada apa dan siapa.
b.      Gengsi
Bergaul dengan teman yang memiliki kebiasaan buruk, akan mempengaruhi anak untuk mau tidak mau mengikuti apa yang dilakukan oleh temannya karena menjaga gengsi.
c.       Menguji nyali
Tawuran mayoritas dilakukan oleh anak laki-laki yang merasa memiliki nyali besar. Semakin besar tantangannya maka semakin semangat.
d.      Mempertahankan kekuatan sekolah
Sekolah yang telah dianggap jagoan dari beberapa sekolah lain tentu tidak ingin dijatuhkan oleh sekolah manapun, terutama dalam hal tawuran.
2.2       Kelemahan (Weakness)
a.     Trauma
Seorang pelajar yang sifat aslinya tidak suka berbuat anarkis namun terlanjur ikut dalam tawuran dan melihat hal-hal yang memilukan akan membuat rasa trauma yang dalam dikemudian hari
b.     Tidak konsentrasi
Pelajar yang sering tawuran tidak akan konsentrasi dalam belajar sehingga nilai akademiknya akan jelek dan membuatnya tercatat dalam tindak criminal sehingga masa depan adalah taruhannya.

c.   Labilnya jiwa
Cara menyelesaikan masalah dengan kekerasan akan menjadi kebiasaan bagi pelajar-pelajar yang sering tawuran
d.   Masa depan yang buruk
Tercatat dalam catatan criminal bisa mengakibatkan sulitnya mencari pekerjaan sehingga masa depan pun tidak akan cemerlang.
2.3       Peluang (Opportunity)
a.   Uang
Untuk kepentingan tertentu, kelompok pelajar yang tawuran bisa saja menjadi boneka yang diperalat oleh orang-orang dengan otak kotor yang menjanjikan sejumlah uang jika bisa mengalahkan kelompo pelajar lain
b.   Rasa dipandang oleh kelompok lain
      Kelompok pelajar yang telah mampu mempertahankan reputasi sekolah tentu disegani
            Kelompok pelajar dari sekolah lain
c.   Perhatian keluarga
      Tidak sedikit dari anggota kelompok yang sering mengikuti tawuran adalah remaja
      Yang mengalami depresi akibat ketidak harmonisannya hubungan dengan keluarga
      Sehingga dengan tawuran mereka akan mendapatkan perhatian lebih.
d.   Kenangan untuk masa tua
      Masa muda yang penuh dengan tantangan bisa menjadi kenangan yang bisa
      Dibanggakan kepada anak dan cucunya kelak.

2.4       Tantangan/Hambatan (Threats)
a.  Uji nyali
     Semakin besar kelompok tawuran, maka akan semakin besar tantangannya
b.  Hukum
     Kelompok pelajar yang sedang tawuran harus pandai menghindari kejaran petugas
     Karena kalau sampai tertangkap polisi akan menjadi masalah hukum yang panjang.
 c.  Lawan yang besar
      Kelompok pelajar dengan jumlah yang sedikit akan mundur ketika mengetahui
      kemampuan lawan yang lebih besar.
 d.  Trauma
      Terluka pada saat tawuran bisa menjadi trauma yang mengakibatkan trauma yang
      membuat diri merasa ketakutan dengan tindak kekerasan dimasa yang akan datang.
BAB III 
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1       Kesimpulan
a. Perhatian dari keluarga menciptakan rasa tenang dan damai dalam diri seorang anak sehingga
     anak mengerti akan pentingnya menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya.
b. Sekolah yang telah dianggap jagoan dari beberapa sekolah lain tentu tidak ingin dijatuhkan
     oleh sekolah manapun, terutama dalam hal tawuran.
c.   Sekali tercatat dalam buku criminal maka akan sangat sulit untuk mencari pekerjaan
      di masa yang akan datang sehingga setiap anak perlu berfikir jernih sebelum
      melakukan sesuatu.
d.   Masa muda yang penuh dengan tantangan bisa menjadi kenangan yang bisa
      Dibanggakan kepada anak dan cucunya kelak.

3.2       Rekomendasi
a.         Mendekatkan diri kepada Tuhan YME agar selalu diberi ketabahan dalam menjalani hidup dan selalu dituntun ke jalan yang benar.
b.         Keluarga, terutama orang tua tidak boleh lagi lengah dalam pengawasan terhadap anak-anaknya
c.         Organisasi masyarakat perlu mengadakan pendekatan terhadap warganya karena hal tersebut juga dapat membantu mencegah tindak anarkis,
d.        Bergaul dengan teman yang baik dan serius dalam belajar.

Referensi