TANA
TORAJA
MATA KULIAH : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DOSEN : DYAN TANJUNG GUNOTOMO
DISUSUN
OLEH :
NAMA : Lailatul Hudairiah
NPM : 34411058
KELAS : 1 ID 06
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2011/2012
Topik Makalah
TANA TORAJA
Kelas : 1-ID06
Tanggal Upload Makalah : 20
Mei 2012
P E R N Y A T A A N
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam
penyusunan makalah ini saya buat sendiri tanpa meniru atau mengutip dari tim /
pihak lain.
Apabila terbukti tidak benar, saya siap menerima
konsekuensi untuk mendapat nilai 1/100 untuk mata kuliah ini.
P E N Y U S U N
N P M
|
Nama Lengkap
|
Tanda Tangan
|
34411058
|
Lailatul Hudairiah
|
|
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat
dan hidayah-Nya, penulisan makalah Pendidikan
Kewarganegaraan mengenai Tana Toraja ini dapat
diselesaikan pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan
maksud untuk membagi wawasan sekaligus menyempurnakan pemahaman tentang budaya di
Tana Toraja.
Telah selesainnya penulisan makalah
ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1.
Bapak Dyan Tanjung Gunotomo selaku dosen
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2.
Kedua
orang tua tercinta serta adik dan kakak, yang telah memberikan bimbingan,
dukungan dan semangat, serta doa, sehingga saya mampu menyelesaikan penulisan makalah
ini.
3.
Rekan-rekan
yang berada di lingkungan 1 ID06 yang membantu secara moril dan
materil.
4.
Seluruh pihak yang telah sangat membantu yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu.
Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini mungkin masih jauh dari sempurna, untuk itu saya mohon maaf atas segala kesalahan serta kekurangan. Saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kemajuan kita bersama.
Akhir kata saya berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Bekasi, Mei 2012
Lailatul Hudairiah
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Semua orang tahu bahwa
Indonesia adalah negeri yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Budaya yang
beragam juga turut mewarnai tanah air Indonesia. Undang-undang mengatur
kehidupan berbangsa dan bermasyarakat yang baik sesuai dengan norma-norma yang
berlaku. Keberagaman itu tak lantas menjadi perpecahan atau bahkan peperangan
karena bangsa Indonesia adalah negara kesatuan yang diperjuangkan oleh seluruh
lapisan masyarakat sejak dahulu kala.
Suku dan buadaya yang
tersebar di setiap daerah hampir semuanya berbeda-beda. Sebagai warga negara
yang baik maka harus mencintai negerinya sendiri sebelum mencintai negeri
orang. Mencintai negeri sendiri dimulai dengan mengenali dan memahaminya
sehingga dengan pengetahuan tersebut bisa mencari apa yang menarik dan unik
dari daerah tersebut. Semua itu akan memupuk rasa cinta pada Negara Indonesia
tercinta
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
I.2.a Memperluas informasi mengenai budaya Tana
Toraja.
I.2.b Mengasah kemampuan penulisan ilmiah
I.2.c Menghidupkan kembali semangat nasionalisme
1.3 SASARAN
Penulisan
makalah ini ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat yang mayoritas aktif
mengakses internet karena makalah ini saya unggah ke website blog saya http://lailatulhudairiah.blogspot.com/
agar tidak ada
alasan keterbatasan waktu dan tempat untuk mempelajari hal-hal penting mengenai
budaya di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asal Masyarakat Tana Toraja
Leluhur orang Toraja
adalah manusia yang berasal dari nirwana, mitos yang tetap melegenda turun
temurun hingga kini secara lisan dikalangan masyarakat Toraja ini menceritakan
bahwa nenek moyang masyarakat Toraja yang pertama menggunakan "tangga dari
langit" untuk turun dari nirwana, yang kemudian berfungsi sebagai media
komunikasi dengan Puang Matua (Tuhan Yang Maha Kuasa).
Lain lagi versi dari
DR. C. CYRUT seorang anthtropolog, dalam penelitiannya menuturkan bahwa
masyarakat Tana Toraja merupakan hasil dari proses akulturasi antara penduduk
(lokal/pribumi) yang mendiami daratan Sulawesi Selatan dengan pendatang yang
notabene adalah imigran dari Teluk Tongkin (daratan Cina). Proses akulturasi
antara kedua masyarakat tersebut, berawal dari berlabuhnya Imigran Indo Cina
dengan jumlah yang cukup banyak di sekitar hulu sungai yang diperkirakan
lokasinya di daerah Enrekang, kemudian para imigran ini, membangun pemukimannya
di daerah tersebut.
2.2 Sejarah
Nama Toraja mulanya
diberikan oleh suku Bugis Sidendereng dan dari luwu. Orang Sidendreng menamakan
penduduk daerah ini dengan sebuatn To Riaja yang mengandung arti "Orang
yang berdiam di negeri atas atau pegunungan", sedang orang Luwu
menyebutnya To Riajang yang artinya adalah "orang yang berdiam di sebelah
barat". Ada juga versi lain bahwa kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya
= dari kata Maraya (besar), artinya orang orang besar, bangsawan. Lama-kelamaan
penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan kata Tana berarti negeri, sehingga
tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan Tana Toraja.
Konon manusia yang
turun ke bumi, telah dibekali dengan aturan keagamaan yang disebut aluk. Aluk
merupakan aturan keagamaan yang menjadi sumber dari budaya dan pandangan hidup
leluhur suku Toraja yang mengandung nilai-nilai religius yang mengarahkan
pola-pola tingkah laku hidup dan ritual suku Toraja untuk mengabdi kepada Puang
Matua.
Cerita tentang
perkembangan dan penyebaran Aluk terjadi dalam lima tahap, yakni: Tipamulanna
Aluk ditampa dao langi' yakni permulaan penciptaan Aluk diatas langit,
Mendemme' di kapadanganna yakni Aluk diturunkan kebumi oleh Puang Buru Langi'
dirura.Kedua tahapan ini lebih merupakan mitos. Dalam penelitian pada
hakekatnya aluk merupakan budaya/aturan hidup yang dibawa kaum imigran dari
dataran Indo Cina pada sekitar 3000 tahun sampai 500 tahun sebelum masehi.
3.3 Masyarakat Tana Toraja
Beberapa Tokoh penting
daiam penyebaran aluk, antara lain: Tomanurun Tambora Langi' adalah pembawa
aluk Sabda Saratu' yang mengikat penganutnya dalam daerah terbatas yakni
wilayah Tallu Lembangna. Selain daripada itu terdapat Aluk Sanda Pitunna
disebarluaskan oleh tiga tokoh, yaitu : Pongkapadang bersama Burake Tattiu' menuju
bagian barat Tana Toraja yakni ke Bonggakaradeng, sebagian Saluputti, Simbuang
sampai pada Pitu Ulunna Salu Karua Ba'bana Minanga, derngan membawa pranata
sosial yang disebut dalam bahasa Toraja "To Unnirui' suke pa'pa, to
ungkandei kandian saratu yakni pranata sosial yang tidak mengenal strata.
Kemudian Pasontik bersama Burake Tambolang menuju ke daerah-daerah sebelahtimur
Tana Toraja, yaitu daerah Pitung Pananaian, Rantebua, Tangdu, Ranteballa,
Ta'bi, Tabang, Maindo sampai ke Luwu Selatan dan Utara dengan membawa pranata
sosial yang disebut dalam bahasa Toraja : "To Unnirui' suku dibonga, To
unkandei kandean pindan", yaitu pranata sosial yang menyusun tata
kehidupan masyarakat dalam tiga strata sosial.Tangdilino bersama Burake
Tangngana ke daerah bagian tengah Tana Toraja dengan membawa pranata sosial
"To unniru'i suke dibonga, To ungkandei kandean pindan", Tangdilino
diketahui menikah dua kali, yaitu dengan Buen Manik, perkawinan ini membuahkan
delapan anak. Perkawinan Tangdilino dengan Salle Bi'ti dari Makale membuahkan
seorang anak. Kesembilan anak Tangdilino tersebar keberbagai daerah, yaitu
Pabane menuju Kesu', Parange menuju Buntao', Pasontik ke Pantilang, Pote'Malla
ke Rongkong (Luwu), Bobolangi menuju Pitu Ulunna Salu Karua Ba'bana Minanga,
Bue ke daerah Duri, Bangkudu Ma'dandan ke Bala (Mangkendek), Sirrang ke Dangle.
Itulah yang membuat
seluruh Tondok Lepongan Bulan Tana Matari' Allo diikat oleh salah satu aturan
yang dikenal dengan nama Tondok Lepongan Bulan Tana Matari' Allo arti
harfiahnya adalah "Negri yang bulat seperti bulan danMatahari". Nama
ini mempunyai latar belakang yang bermakna, persekutuan negeri sebagai satu
kesatuan yang bulat dari berbagai daerah adat. Ini dikarenakan Tana Toraja
tidak pernah diperintah oleh seorang penguasa tunggal, tetapi wilayah daerahnya
terdiri dari kelompok adat yang diperintah oleh masing-masing pemangku adat dan
ada sekitar 32 pemangku adat di Toraja.
Karena perserikatan dan kesatuan
kelompok adat tersebut, maka diberilah nama perserikatan bundar atau bulat yang
terikat dalam satu pandangan hidup dan keyakinan sebagai pengikat seluruh
daerah dan kelompok adat tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
1. Toraja
merupakan warga negara Indonesia sejak jaman dahulu yang mencerminkan adanya
kesatuan yang bercirikan kekeluargaan.
2. Pembangunan
nasional berlandaskan pada Pancasila, UUD 1945 dan GBHN.
3. Hasil
pembangunan harus dapat dinikmati secara adil dan merata oleh seluruh rakyat
Indonesia dalam bentuk peningkatan kesejahteraan lahir dan batin.
3.2.
Saran
1. Meningkatkan
sikap persatuan dalam bergaul,
2. Membiasakan
bergotong royong dalam menyelesaikan masalah
3. Selalu
bekerja sama dalam mengatasi kesulitan bersama.
BAB IV
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar